Bahaya Kandungan BPA Pada Botol Air Minum

Bahaya Kandungan BPA Pada Botol Air Minum

Bagikan :


BPA (bisphenol A) adalah zat kimia yang ditambahkan dalam kemasan makanan atau minuman. Ditemukan pertama kali pada tahun 1890, namun pada tahun 1950 baru dikembangkan sebagai zat kimia tambahan untuk memperkuat bahan plastiknya.

Dewasa ini, BPA digunakan dalam pembuatan kemasan makanan, botol bayi, botol minuman, kemasan kaleng, CD dan DVD, lensa kacamata, alat olahraga, dan lain sebagainya. Dalam jumlah yang kecil, Food and Drug Administration (FDA) seperti dilansir Medical News Today, BPA tidak berbahaya, namun dalam jumlah besar, BPA dilaporkan dapat menghambat hormon endokrin.

Environmental Protection Agency (EPA) mencatat bahwa BPA dapat meniru hormon di dalam tubuh, menganggu produksi dan respon hormon alami.

Dampak kandungan BPA dalam kemasan bagi kesehatan

Menganggu sistem reproduksi

Tahun 2013 dilaporkan oleh ilmuwan bahwa paparan BPA pada tubuh dapat mengganggu sistem reproduksi, seperti mencegah matangnya sel telur di tubuh manusia. Penelitian ini dikembangkan hingga mengarah kepada kesimpulan gangguan kesuburan baik pada pria maupun wanita. Paparan BPA dalam jumlah besar mungkin dapat meningkatkan resiko ejakulasi dini dan hasrat seksual.

Memicu penyakit jantung

Penelitian selanjutnya juga mengungkap bahwa paparan BPA dapat menyebabkan gangguan jantung yang memicu penyakit jantung seperti serangan jantung, angina, hipertensi, dan  penyumbatan pembuluh arteri.

Memicu diabetes tipe 2 dan kenaikan berat badan

Dalam penelitian pada obyek manusia, paparan BPA dapat menyebabkan diabetes tipe 2, kenaikan berat badan dan sindrom metabolisme tubuh.

Menganggu perkembangan otak

Paparan BPA juga dilaporkan berpotensi mengganggu perkembangan otak karena interfensinya terharap hormon estrogen dan modifikasi DNA.

Kanker payudara dan prostat

Ilmuwan percaya bahwa gangguan terhadap hormon estrogen dapat meningkatkan resiko penyakit kanker payudara, kanker prostat dan kanker lainnya, terutama apabila rahim terpapar BPA.

Menyebabkan asma

Para peneliti juga menemukan adanya hubungan paparan BPA pada risiko asma.

BPA masuk ke dalam tubuh lewat makanan atau minuman yang dikemas dengan kemasan mengandung BPA, entah karena makanan dimasukkan dalam kondisi panas atau makanan disimpan terlalu lama dalam wadah tersebut, misalnya makanan kaleng.

Dalam sebuah studi, ditemukan adanya kandungan BPA dalam urin yang lebih tinggi sekitar 1,221% pada mereka yang mengonsumsi makanan kaleng langsung dari kalengnya.

Hingga saat ini, penggunaan BPA dalam kemasan masih menjadi kontroversi. Namun U.S. Food and Drug Administration (FDA) seperti dilansir Mayo Clinic, menyarankan cara untuk melindungi tubuh dari paparan BPA sebagai berikut:

Gunakan produk BPA free

Kini banyak pabrik yang memproduksi kemasan makanan BPA free. Lihat saja label kemasannya, apakah mencantumkan BPA free atau tidak.

Pada beberapa produk plastik, terdapat label recycle dengan kode 3 atau 7, waspada terhadap produk plastik tersebut karena kode tersebut digunakan untuk produk mengandung BPA.

Jangan dipanaskan

Jangan memanaskan makanan menggunakan kemasan berbahan plastik. Panas dapat mengurai bahan kimia dalam kemasan, salah satunya BPA. Saat terurai, zat kimia dengan mudah masuk ke dalam makanan.

Kurangi konsumsi makanan kalengan

Kurangi mengonsumsi makanan kalengan dan beralihlah pada makanan segar.

Cari alternatif

Banyak alternatif wadah yang lebih aman, misalnya kaca, porselen, stainless-steel yang bisa Anda gunakan sabagai wadah makanan saat kondisinya panas.

 

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Rabu, 12 April 2023 | 09:36

 

Brent A. Bauer, M.D. 2021. Nutrition and healthy eating. Available from : https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/expert-answers/bpa/faq-20058331

Alina Petre, MS, RD (NL). 2018. What Is BPA and Why Is It Bad for You?. Available from :  https://www.healthline.com/nutrition/what-is-bpa

 

Yvette Brazier. 2021. How does bisphenol A affect health?. Available frpm : https://www.medicalnewstoday.com/articles/221205